Paper yang ditulis oleh penulis ini membahas tentang fisiografi dan keadaan bawah permukaan dari perkembangan sistem terumbu karang di Pulau Seribu. Sistem Pulau Seribu terletak di sebelah tenggara Laut Jawa, yang terdiri dari sebuah pulau terumbu karang yang panjangnya dari sekitar beberapa puluh meter hingga lebih dari satu kilometer. Para geologist dengan minatnya terhadap perkembangan reservoir karbonat di Indonesia mempunyai catatan pasti tentang endapan karbonat pada umur Holosen. Alasan mengenai studi ini sangat sederhana.
Kebanyakan setengah dari produksi kumulatif dan proporsi yang cukup dari sisa cadangan migas di lepas pantai Sumatera Selatan dan lepas pantai barat daya Pulau Jawa, berasal dari karbonat Miosen dari Formasi Parigi dan Baturaja. Lebih banyak yang kita ketahui mengenai bagaimana, mengapa, dan dimana mereka terbentuk. Kuncinya adalah proses dari formasi, diagenesis dan pengawetan, serta proses yang paling baik untuk menentukannya adalah dengan pengamatan lingkungan modern dan sejarah saat ini.
2. Proses Pembentukan Terumbu Karang di Pulau Seribu
Laut Jawa saat ini merupakan hasil dari transgresi atau kenaikan muka airlaut pada awal Holosen yang terjadi sekitar 11.000 tahun yang lalu. Pertumbuhan terumbu karang di Pulau Seribu pada waktu itu sangat cepat yaitu sekitar 5-10 mm tiap tahunnya. Keberadaan terumbu Holosen adalah sekitar 7000 tahun yang lalu di sekitar Selat Sunda. Hal ini menguatkan bahwa fragmen koral (karang) pada kedalaman 19 meter pada hasil core di Pulau Putri Barat berusia sekitar 7900 tahun yang lalu, yang tertutup oleh waktu dari permulaan yang nyata dari bangunan terumbu atau karbonat di kepulauan Seribu. Sedimentasi Holosen masih berupa endapan lapisan tipis.
Gambar 1. Kurva Kenaikan Muka Airlaut pada 10.000 Tahun yang Lalu pada Laut China Selatan
3. Akumulasi Sedimen
Endapan sedimen kebanyakan terendapkan pada bagian back reef flat hingga laguna yang didominasi oleh pecahan koral. Kebanyakan sampel data core yang ditemukan pada penelitian ini didominasi oleh koral (karang) dan mud deficient. Pada lubang bor yang dalam yaitu 32,8 m, bagian dasarnya berupa batulempung karbonatan yang mengandung kerikil, dan umurnya adalah Pleistosen. Penentuan umur tersebut berdasarkan pada umur pecahan koral yang terdapat pada kedalaman yang bervariasi yang mengindikasikan bahwa terdapat akumulasi secara vertical pada periode 10.000 hingga 4500 tahun yang lalu.
Gambar 2. Tempat Terendapkannya Akumulasi Sedimen di Pulau Seribu pada Tipe Zona Terumbu Menurut James, 1984
Dari hasil pengeboran, dapat diasumsikan bahwa endapan sedimen karbonat di Pulau Seribu terbentuk pada fasies terumbu reef flat, back reef, hingga ke zona lagoon. Tidak jauh di bawah permukaan diperoleh sampel intra-platform channel (saluran paparan luar) dan area paparan dalam ditemukan banyak material klastik yang berukuran halus adalah merupakan bukti, yang didominasi oleh komponen skeletal berupa koral. Pada hasil core di bagian atas Pulau Pabelokan dan Pulau Putri Barat terdiri dari pecahan coral kasar dan skeletal sand (pasir skeletal). Pada Pulau Putri Barat, karena proses recovery yang jelek, hanya pada kedalaman 5-12 meter saja yang dapat dijadikan pertimbangan bukti yang terpercaya. Pada core ini mengandung variasi sortasi sedang hingga pasir skeletal kasar, yang komposisinya terdiri dari terutama koral, pecahan cangkang foraminifera dan moluska, dan sedikit alga merah dan alga hijau. Intinya pada endapan sedimen di pulau Seribu ini didominasi oleh endapan koral (lebih dari 50%) dengan sedikit material alga merah dan hijau serta tidak adanya sampel khususnya yang baik.
4. Proses Diagenesis
Lingkungan freatik airtawar atau lingkungan yang masih terkena pengaruh airtawar di pulau tersebut saat ini masih kecil. Keseluruhan proses sementasi sangat terbatas namun seperti spary kalsit, dia mengisi calice koral dan meniscus yang jenuh Magnesium (Mg) kalsit di dekat permukaan beachrock. Semen karbonat dari laut termasuk aragonite yang fibrous atau berserat dan kalsit yang tinggi Mg (dolomite) yang mempunyai ikatan kimia pendek berupa belahketupat, dan peloidal kriptikristalin memenuhi keduanya. Keterbatasan mengenai dissolusi dari aragonite mengungkapkan semua fakta-fakta yang ada.
Gambar 3. Sementasi Spari Kalsit Freatik pada Borehole di Pulau Seribu
5 Kesimpulan pada Reservoir
Dari data core menunjukkan bahwa porositas dan permeabilitas dari batuan di Pulau Seribu relatif bagus, hal ini di lihat dari perbandingan presentase banyaknya pori-pori pada batuan dengan luas sayatan batuan yang dilihat dari mikroskop. Berikut adalah beberapa kenempakan hasil sayatan batuan sedimen karbonat yang ditemukan di Pulau Seribu.
Gambar 4. Sayatan Tipis Batuan pada Pulau Putri Barat
Gambar 5. Deskripsi Litologi Hasil Pengeboran Borehole-1 pada Pulau Pabelokan
Gambar 6. Sayatan Tipis Batuan pada Pulau Pabelokan (Borehole-1)
Batuan yang porositas dan permeabilitasnya bagus adalah pada batuan sedimen karbonat yang belum terubahkan, khususnya pada kelompok endapan coral-rudstone yang bertindak sebagai saluran aliran airlaut dan pengisi terumbu yang didominasi oleh koral. Tidak adanya suplai airtawar pada saat ini (periode Holosen) membatasi proses diagenesis, tapi seiring berjalannya waktu dan peningkatan suplai airtawar, kemungkinan akan menghasilkan perkembangan yang lebih baik, dimana porositas dan permeabilitas batuan bisa semakin bagus sehingga batuan sedimen karbonat di Pulau Seribu bisa menjadi tempat migrasi fluida termasuk minyak dan gas.
DAFTAR PUSTAKA
Park, Robert K., dkk. 1992. Holocene Carbonate Sedimentation, Pulau Seribu, Java Sea-The Third Dimension. IPA-Carbonate Rock and Reservoir of Indonesia : A Core Workshop
Comments
Post a Comment